Destinasi Way Kambas Yang Mendunia
“sebuah harapan pengelolaan ekowisata Profesional”
Pendahuluan
TN Way
Kambas sebagai kawasan konservasi yang sudah dikenal masyarakat secara luas.
Bahkan Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten telah
menganggap bahwa TNWK sebagai destinasi utama yang harus dikembangkan secara
maksimal khususnya bidang pariwisata alam.
Sebuah
cita-cita yang besar, untuk mewujudkan TNWK sebagai destinasi utama pariwisata
di Propinsi Lampung . Hal itu terungkap dalam seminar nasional ekowisata taman
nasional way kambas pada medio bulan Nopember 2016 beberapa waktu yang lalu.
Seminar yang dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Lampung Timur, Sekretaris
Daerah Lampung dan para pejabat lainnya, termasuk perwakilan dari Kementerian
Lingkungan dan Kehutanan serta dari Balai TN Way Kambas yang dipimpin oleh
Kepala Balai sendiri, Subakir, S.H., M.H. Acara tersebut dihelat bertepatan
dengan pelaksanaan festival Way Kambas Nopember 2016 yang merupakan hajat
Pemerintah Kabupaten Lampung Timur. Dalam agenda tersebut keinginan beberapa
pihak untuk mewujudkan way kambas sebagai destinasi unggulan wisata nasional,
bahkan pada tingkat dunia. Keyakinan itu mengemuka dengan berbagai potensi yang
dimiliki oleh way kambas.
Prinsip 4A
dalam sebuah destinasi
Dikutip
dari Dalam mewujudkan sebuah destinasi tingkat dunia ada baiknya kita ungkap
beberapa hal yang perlu dipenuhi. Menurut
Cooper sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. I Gede Pitana dalam sambutannya di
seminar Cooperation in the Development of Education and Tourism in Global
Era pada 31 Mei 2012 di Surabaya, terlebih dahulu harus mengkaji 4 aspek
utama (4A) yang harus dimiliki, yaitu attraction, accessibility, amenity dan
ancilliary.
A1-Attraction
Attraction atau atraksi adalah produk utama
sebuah destinasi wisata.
Atraksi berkaitan dengan what to see dan what to do. Apa yang
bisa dilihat dan dilakukan oleh wisatawan di destinasi tersebut. Atraksi bisa
berupa keindahan
dan keunikan alam, budaya masyarakat setempat, peninggalan bangunan bersejarah,
serta atraksi buatan seperti sarana permainan dan hiburan. Sebuah atraksi harus mempunyai nilai diferensiasi atau keunikan yang tinggi. Unik dan berbeda dari
daerah atau wilayah lain. Untuk saat ini sangat jelas bahwa
destinasi utama wisatawan ke TNWK adalah Pusat Latihan Gajah dengan atraksi
utama berbasis gajah seperti gajah tunggang, atraksi gajah, safari gajah, naik
kereta gajah. Sedangkan atraksi berupa keindahan hutan dan pengamatan satwa
seperti burung dapat dilakukan di sepanjang sungai Way Kanan hingga pantai
Kuala Kambas. Di PLG ada keinginan untuk mengembangkan sebuah atraksi yang
tidak membebani fisik gajah bahkan merupakan interaksi yang cukup menarik antara
lain menggembalakan gajah, memandikan
dan memberi pakan gajah serta melatih gajah jinak. Namun tindakan tersebut
harus dilakukan dengan pendampingan dari Pawang agar tidak membahayakan jiwa
pengunjung.
A2-Accessibility
Accessibility atau aksesibilitas adalah sarana dan
infrastruktur untuk menuju destinasi. Akses jalan raya, ketersediaan
sarana transportasi dan rambu-rambu penunjuk jalan merupakan aspek penting bagi
sebuah destinasi. Bagaimana menjual sebuah produk jika wisatawan
tidak dapat mengunjungi dengan baik, tidak
banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Perlu juga diperhatikan
bahwa akses jalan yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan
sarana transportasi. Bagi individual tourist, keberadaan transportasi umum sangat penting karena
kebanyakan mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent,
sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas publik.
Berbicara
tentang aksesibilitas, dibagi menjadi dua bagian yaitu aksesibilitas untuk
menuju lokasi TNWK dan aksesibilitas untuk menuju lokasi destinasi dalam
kawasan. Akses di luar kawasan tentu sangat tergantung pada pihak eksternal.
Sedangkan akses dalam kawasan tergantung pada internal pengelola. Menyediakan
akses yang mumpuni jelas tergantung pada dukungan pihak luar seperti Pemda.
Akses
ke taman nasional way kambas dapat dijangkau dari beberapa kota sebagai titik
simpul penting antara lain:
- Pelabuhan
Bakauheni – Labuhan Maringgai – Way Jepara – TN Way Kambas dengan jarak tempuh
95 km
- Kota Bandar
Lampung – Metro – Sukadana – TN Way Kambas dengan jarak tempuh 100 km
- Bandar Udara Radin
Inten 2 – Metro – Sukadana – TN Way Kambas dengan jarak tempuh 90 km
Secara
umum kondisi aksesibilitas menuju TN Way Kambas dalam kondisi terawat sehingga
waktu tempuh relatif lebih cepat. Sedangkan untuk transportasi publik yang saat
ini bisa langsung ke TNWK (PLG) telah dirintis oleh Perum Damri dengan jumlah
trip pada awalnya sebanyak 4 kali namun saat ini telah dikurangi menjadi 1 trip
karena jumlah penumpang yang kurang dari target. Jumlah trip akan dikembalikan
lagi seperti awalnya jika kunjungan wisatawan mengalami peningkatan.
Kondisi
aksesibilitas untuk menuju obyek dalam kawasan setelah memasuki pintu gerbang
terbagi menjadi dua yaitu :
Plang
Hijau – PLG dengan jarak tempuh 9 km
Plang
Hijau – SRS – Way Kanan dengan jarak tempuh 13 km
Masing-masing
kondisi jalannya dalam kondisi yang perlu segera dibenahi. Sedangkan akses
untuk menuju Pantai Kuala Kambas ditempuh melalui jalur sungai dengan
menggunakan speedboat atau perahu, sehingga sarana transportasi yang perlu
diperbanyak adalah perahu atau speedboat dengan jumlah dan kualitas yang
memadai.
A3-Amenity
Amenity atau amenitas adalah segala fasilitas
pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di
destinasi. Amenitas berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk
menginap, restoran atau warung untuk makan dan
minum,
toilet umum, tempat istirahat, areal parkir, klinik kesehatan, sarana ibadah. Sarana tersebut tidak harus dibangun dalam destinasi
tetapi berada di lokasi atau tempat yang bisa dijangkau dengan mudah. Namun
yang penting adalah kondisi sarana tersebut layak bagi wisatawan. Kebanyakan
fasilitas pendukung yang ada saat ini dalam kondisi yang kurang terawat bahkan
sebagian meglamai kerusakan berat. Sehingga dapat mengganggu kenyamanan
pengunjung. Banyaknya fasilitas yang telah mengalami kerusakan sebaiknya segera
diganti dengan yang baru. Penertiban sarana yang rusak harus mendapat prioritas
utama dari pengelola destinasi di TNWK.
A4-Ancilliary
Ancilliary berkaitan dengan ketersediaan sebuah
organisasi atau orang-orang yang mengurus destinasi tersebut. Ini menjadi
penting karena walaupun destinasi sudah mempunyai atraksi, aksesibilitas dan
amenitas yang baik, tapi jika tidak ada yang mengatur dan mengurus maka ke
depannya pasti akan terbengkalai. Organisasi sebuah destinasi akan melakukan
tugasnya seperti sebuah perusahaan. Mengelola destinasi sehingga bisa
memberikan keuntungan kepada pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat
sekitar, wisatawan, lingkungan dan para stakeholder lainnya. Ketiadaan
pengelola yang profesional dapat menyebabkan citra destinasi menjadi menurun.
Destinasi
di TNWK secara keseluruhan masih dikelola oleh organisasi Balai TN Way Kambas. Pengelolaan yang dilakukan lebih bersifat
umum dan tidak fokus sehingga kurang profesional. Hal ini jelas akan
menyebabkan pengelolaan sebuah destinasi menjadi kurang optimal. Dengan
demikian untuk mengelola sebuah destinasi yang profesional dibutuhkan sumber
daya manusia yang memadai dengan pengetahuan atau latar belakang pendidikan
yang pas.
Prinsip
Empat “A” diatas sudah seharusnya menjadi pertimbangan
bagi pengusaha industri pariwisata untuk mengembangkan suatu destinasi dengan
potensi pariwisata yang tinggi.
Mengembangkan
destinasi wisata di way kambas tentu memerlukan investasi yang sangat besar.
Bagaimana
pariwisata di TNWK saat ini?
Jelas sekali
bahwa TNWK adalah sebuah kawasan konservasi dengan segala aturan yang melekat
didalamnya. TNWK sedari awal adalah sebuah kawasan konservasi dengan keunikan
berupa fauna yang khas sumatera seperti
gajah Sumatera, badak Sumatera, harimau Sumatera, tapir dan beruang. Beberapa
jenis primata seperti siamang, kera ekor panjang. Tidak hanya itu, way kambas
adalah habitat banyak jenis burung.
Jumlah kunjungan ke way kambas setiap tahun cukup besar. Kunjungan ini
didominasi oleh kunjungan yang bersifat masal. Sedangkan kunjungan yang
sifatnya khusus cukup kecil. Bagaimana kondisi kunjungan wisatawan selama 5
(lima) tahun dapat dilihat dalam diagram berikut:
Gambar:
Diagram kondisi jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke TNWK
Diagram
diatas menunjukan bahwa terjadi kenaikan jumlah pengunjung yang cukup besar.
Melonjaknya kunjungan selama lima tahun terakhir itu disebabkan oleh dibukanya
kembali atraksi wisata gajah di PLG. Kunjungan yang besar di TNWK berangkat
dari keunikan satwa bukan yang lainnya, seperti keindahan pantai, gunung dll. Kunjungan
dengan jumlah yang cukup besar dimulai pada saat PLG dibuka untuk umum. Sejak
itulah wisata masal sudah dimulai di TNWK hingga sekarang. wisata PLG secara
keseluruhan berbasis satwa liar (gajah Sumatera yang telah dijinakkan). Atraksi
gajah, tunggang gajah, safari gajah, gajah kereta adalah bentuk-bentuk langsung
dari pemanfaatan gajah untuk wisata PLG.
Atraksi
berbasis satwa ini tentu akan memiliki dampak berupa kerja gajah semakin berat
seiring dengan semakin banyaknya kunjungan wisata. Kerja gajah yang semakin
berat akan berefek pada kesehatan gajah, jumlah waktu gajah yang dipesiapkan
untuk melayani semakin banyak dibandingkan dengan jumlah waktu gajah untuk
mencari pakan di hutan dan gajah beristirahat. Kesemuanya itu akan membawa
dampak berupa menurunnya kesehatan gajah. Semakin besar kunjungan wisata akan
berdampak langsung pada kondisi gajah. Hubungan yang sangat kuat antara
keberadaan satwa dengan kunjungan wisata di TNWK. Nampak jelas bahwa wisata di
TNWK sangat berkaitan dengan keunikan satwa.
Kunjungan
wisatawan yang bersifat khusus dan tidak mengandalkan fisik satwa tidak banyak,
namun sangat potensial untuk dikembangkan sehingga secara perlahan
ketergantungan terhadap wisatawan yang bersifat masal harus dikurangi.
Ada 2 (dua)
model kunjungan pariwisata yang ada di TNWK yaitu kunjungan wisata yang
bersifat masal atau mass tourism dan wisata yang bersifat khusus. Turis masal
diwakili oleh kunjungan wisata ke PLG. Sedangkan wisatawan yang sifatnya khusus
seperti pengamatan burung, edukasi dan lain-lain masih belum signifikan. Kunjungan
wisatawan yang bersifat khusus biasanya didominasi oleh wisatawan mancanegara.
Peran yang bisa diambil oleh TNWK.
TNWK
dikelola secara resmi oleh unit organisasi setingkat eselon III. Dalam salah satu
tupoksinya adalah mengelola potensi wisata alam. Balai TN Way Kambas juga
dibebani oleh jumlah penerimaan negara bukan pajak yang harus disetorkan ke Kas
Negara. Mulai tahun 2017 sebenarnya dari sisi anggaran sudah ada pendanaan yang
mulai besar dalam mendukung pengembangan wisata. Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan telah menetapkan TNWK sebagai salah satu daerah prioritas untuk
mengembangkan pariwisata. Pemda Provinsi Lampung dan Kab Lampung Timur
nampaknya juga telah bersinergi untuk mengangkat sektor pariwisata TNWK sebagai
destinasi unggulan. TNWK sebagai pengelola harus mampu menyinergikan kekuatan
tersebut untuk mempercepat terwujudnya pariwisata yang andal,
Merencanakan
pengelolaan pariwisata TNWK harus dilakukan secara terpadu dan integral. Kerjasama
lokal perlu diperkuat untuk segera menggarap sektor wisata yang kedepannya
dijadikan acuan dan pengembangan pembangunan wisata TNWK. Dampak pariwisata
baik negatif maupun positif harus benar-benar diukur untuk menghasilkan sebuah
destinasi yang berkelanjutan. Jika diperlukan, TNWK kerjasama dengan konsultan khusus
untuk pengembangan pariwisata yang mampu menyatukan antara prinsip konservasi
dengan prinsip pariwisata? Sehingga memunculkan pariwisata yang berkelanjutan
di TNWK.
Mengembangkan ekowisata
sebagai suatu keniscayaan
Sebelum
memasuki apa dan bagaimana ekowisata, terlebih dahulu yang perlu diketahui
adalah wisata apa yang telah dilakukan di Way Kambas. Terdapat pemahaman yang
dapat disampaikan yaitu apa yang dimaksud dengan wisata berbasis alam dan
ekowisata. Jika pariwisata berbasis alam
hanya melakukan perjalanan ke tempat-tempat alami, ekowisata secara langsung
memberikan manfaat bagi lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat lokal.
Seorang wisatawan yang melakukan kegiatan wisata berbasis alam hanya dapat
pergi mengamati burung saja, namun seorang ekoturis (orang yang melakukan
ekowisata) pergi mengamati burung dengan pemandu lokal, tinggal di penginapan
yang dimiliki oleh masyarakat lokal dan berkontribusi terhadap ekonomi masyarakat
lokal (www.studipariwisata.com).
Dari
pengertian diatas, ekowisata memiliki jangkauan manfaat yang lebih besar dari wisata berbasis alam. Ekowisata
akan membangun hubungan yang saling menguntungkan antara kawasan dengan
masyarakat sekitar hutan. Dampak ikutan yang ditimbulkan apabila konsep
ekowisata yang dikembangkan di Taman Nasional Way Kambas, masyarakat secara
langsung akan merasakan keberadaan sebuah taman nasional. Ekowisata memberikan
sebuah nilai pemahaman yang baru bagaimana masyarakat terlibat secara aktif
dalam membangun sebuah ekowisata di TNWK. Hubungan ini akan dirasakan
masyarakat, sebagai misal jika jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan,
maka masyarakat secara langsung akan mengalami kerugian material yang cukup
besar, pendapatan yang seharusnya diperoleh dengan menjadi guide akan hilang,
kerugian berupa home stay yang telah dibangun menjadi kosong. Pemda akan
kehilangan sumber pendapatan yang potensial dari kunjungan wisatawan seperti
pajak makanan, pajak hotel dll.
Sebagaimana
diketahui, saat ini antusiasme masyarakat dalam mendukung ekowisata di TNWK
sudah mulai menggeliat, terbukti saat ini terdapat 7 rumah di Plang Hijau yang
dijadikan home stay selain ada satu lokasi sebagai tempat penginapan yang
dikelola secara profesional (satwa sumatera eco-logde). Oleh karena itu,
ekowisata di TNWK sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan dan dikembangkan
secara lebih maksimal untuk terwujudknya manfaat hutan TNWK terhadap
masyarakat.
Penutup
Pariwisata di TNWK
memiliki potensi yang luar biasa, namun harus dilakukan secara bijak. Kebutuhan
manusia akan hiburan kedepan akan semakin besar. Balai TN Way Kambas selaku
pengelola harus secara cepat dan cerdas mengantisipasi hal tersebut.
Mengembangkan pariwisata tidak hanya bagaimana meningkatkan jumlah pengunjung
secara besar-besaran namun lebih dari pada itu bagaimana sumber daya alam tetap
lestari dalam jangka panjang. Meningkatkan jumlah PNBP jangan sebagai indikator
utama dalam keberhasilan pengelolaan pariwisata namun harus melihat bagaimana
keselamatan satwa sebagai core bisnis TNWK. Salah satu upaya memperbesar jumlah
PNBP adalah dengan meningkatkan jumlah kunjungan wisata dengan minat khusus.