Sukumar (2003) menjelaskan
bahwa prinsipnya perilaku makan satwa secara mendasar dapat dijelaskan oleh anatomi
dan adaptasi fisiologisnya, yang merupakan produk sebuah evolusi yang sangat panjang.
Di antara herbivora mamalia, struktur gigi dan saluran pencernaan menentukan
secara jelas jenis tanaman yang dimakan. Selain itu, kebutuhan
terhadap pakan dipengaruhi juga oleh ukuran tubuh, semakin besar maka
diperlukan makanan yang lebih banyak. Pemenuhan pakan berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, jenis
makanan yang ideal bagi gajah tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain, terdapat
karakteristik yang khas sesuai dengan habitat setempat. Kebutuhan
gizi gajah dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur gajah. Untuk
mendapatkan gambaran tentang komposisi jenis pakan gajah Sumatera dapat
dilakukan dengan melakukan pendekatan pada komposisi yang dimakan di alamnya.
Dongolla et al,
2009. Pada prinsipnya gajah merupakan binatang nocturnal, yaitu aktiv pada malam
hari, sehingga dengan aktivitas yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia, maka
perilaku gajah menjadi berubah. Gajah captive dan gajah alam, seringkali
menunjukan perilaku yang berbeda. Gajah captive, aktivitasnya sangat
dipengaruhi oleh manusia. Aktivitas gajah captive bervariasi, mulai dari gajah
kerja, gajah tangkap dan gajah yang diangon saja.
Gajah yang hidup
di alam menghabiskan waktu sangat banyak untuk mencari makan. Alokasi waktu
yang diperuntukkan gajah dewasa
untuk mencari makan berkisar antara 16 - 18
jam (Altevogt dan Kurt 1975), atau
sekitar (70-90%). Jenis makanan gajah mempunyai spectrum luas
meliputi: berbagai jenis
tumbuhan herba, daun muda, akar dan liana, rotan muda dan pucuk rotan, kulit
kayu jenis-jenis pohon pada tingkat sapling, tunas bambu dan rebungnya serta
daun muda, rumput buluh dan seluruh bagian pisang liar.
Gajah juga menyukai jenis-jenis
tanaman yang sudah biasa dibudidayakan dalam pertanian
antara lain, tebu dengan bagian batangnya, padi, buah-buahan,
daun kelapa dan umbutnya, pisang, pepaya, semangka dan lain-lain. Dengan ukuran yang besar, volume makan yang dihabiskan
sangat besar. Seekor gajah dewasa Aceh dewasa ditaksir
menghabiskan lebih dari 300 kg tumbuhan segar setiap harinya (Poniran 1974).
Selain itu dalam
berbagai literatur menyampaikan, bahwa secara umum gajah
mengkonsumsi makanan dengan kisaran 4% dari berat badan untuk gajah pada semua kelas umur
dengan pengecualian gajah betina yang
sedang menyusui,
dengan tingkat konsumsi makanan mencapai angka 6% dari
berat badan. Dengan demikian, jantan dewasa dengan berat 6.000 kg akan
mengkonsumsi 240 kg, dan wanita menyusui seberat 2.700 kg akan makan 162 kg
bahan tanaman segar setiap hari. Pemberian
makanan dengan prosentase berat tersebut diatas untuk bahan makanan yang masih
basah.
Prosentase berat
asupan akan berkurang secara signifikan apabila diberikan dalam bentuk kering. Benedict
(1936) mengemukaan pemberian makanan dalam kondisi
kering akan mengurangi hanya menjadi 1% dari berat badan bagi sebagian besar gajah dan meningkat prosentasenya hingga mencapai
1,5% untuk gajah betina menyusui.
Berdasarkan
analisis tinja oleh FG Benedict dari gajah Asia betina
bernama "Jap" yang diterbitkan pada tahun 1936, rata-rata berat tinja
selama 9 hari adalah 25,8 kg berat kering per hari. Gajah mengkonsumsi
antara 1,5% dan 2,0% dari berat badan mereka sebagai hijauan kering setiap hari.
Besarnya
konsumsi makanan gajah disebabkan karena system pencernaannya kurang
sempurna, maka gajah
dewasa dengan berat 3000 – 5000 kg, pada kondisi alami membutuhkan makanan yang
sangat banyak, yaitu 200 – 300 kg hijauan segar per hari untuk seekor gajah
dewasa atau 5 – 10% dari berat badannya (WWF 2005; Altevvogt dan Kurt 1975;
Lekagul dan Mcneely 1977).
Sumber pakan merupakan kebutuhan
pokok atau komponen utama dalam suatu habitat untuk memenuhi kebutuhan hidup
satwa (Ananthasubramaniam 1992). Ketersedian pakan di alam dipengaruhi oleh
faktor lingkungan fisik habitat seperti iklim dan tanah sebagai media
pertumbuhan. Ketersediaan pakan yang cukup berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan satwa, sehingga dihasilkan satwa-satwa yang mempunyai daya
reproduksi tinggi dan ketahanan terhadap penyakit juga tinggi. Menurut Alikodra
(1979), tumbuh-tumbuhan yang dimakan gajah dapat dikenali dengan melihat
patahan pada batang, patahan cabang, rengkuhan cabang, kupasan kulit, dorongan
dan tusukan gading.
Dalam hubungannya dengan
reproduksi, ketersediaan pakan dengan kualitas dan kuantitas yang cukup akan
mempengaruhi fertilitas dan fekunditas satwa. Gajah termasuk satwa herbivora
sehingga membutuhkan ketersediaan makanan hijauan yang cukup di habitatnya (Barnes
1982). Gajah juga membutuhkan habitat yang
bervegetasi pohon untuk makanan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan mineral kalsium
guna memperkuat tulang, gigi dan gading.
Mahanani (2012) telah
melakukan kajian makan gajah di hutan dataran rendah di Sumatera Selatan. Vegetasi
hijauan pakan merupakan faktor utama satwa liar bertahan hidup. Pakan merupakan
faktor pembatas bagi satwa yang
artinya kehadiran pakan akan mempengaruhi keberadaan gajah di lokasi tersebut.
Dari hasil pengamatan di lapangan, jenis
makanan gajah antara lain rumput-rumputan, daun, liana, akar, rotan muda,
pisang-pisangan, bambu, pakis, nibung. Kebutuhan pakan gajah sangat banyak
sesuai dengan ukuran tubuhnya, namun gajah merupakan satwa yang boros terhadap
makanannya.
Tidak semua makanan habis
dimakannya namun terkadang dikibaskan di atas punggungnya. Hal ini dilakukan
untuk menghindari gigitan serangga
yang bernama pitak
(nama lokal) yang sering menghisap darah
sampai menyebabkan darah keluar. SM Padang Sugihan sebagian besar ditumbuhi
oleh padang rumput. Berdasarkan hasil inventarisasi sebelum dilakukan
penunjukkan kawasan ditemukan 25 (duapuluh lima) jenis pakan alami gajah. Pada
saat penelitian ditemukan 15 (lima belas) jenis rumput. Pada masing-masing
lokasi jenis yang mendominasi berbeda, hal ini dimungkinkan kondisi dan jenis
tempat tumbuh yang berbeda pula.
Menurut taksiran Poniran (1974)
seekor gajah Sumatera membutuhkan air minum sebanyak 20 – 50 liter/hari, tetapi
menurut Lekagul dan Mcneely (1977) kebutuhan minum gajah di Thailand tidak
kurang dari 200 liter per hari. Air termasuk komponen pakan, yang berfungsi
dalam proses kimia dan pencernaan makanan. Air dibutuhkan untuk menyejukan
tubuh karena adanya proses evaporasi di lingkungan panas. Sebagian besar satwa
hidupnya sangat tergantung pada air dalam jumlah dan bentuk ketersediaan sangat
bervariasi, tergantung kebutuhan satwa. Bahkan satwa liar untuk mendapatkan air
di musim kering, memiliki berbagai macam cara. Satwa-satwa yang mobilitasnya tinggi
akan melakukan migrasi untuk mendapatkan air dimusim kering, dan gajah dengan
kebutuhan airnya banyak, akan menggali dasar sungai kering, menyediakan air
untuk kebutuhan hidupnya (Bailey 1984; Sukumar 1989).
Gajah juga membutuhkan garam-garam
mineral yang diperlukan dalam proses metabolisme tubuhnya dan melancarkan
proses pencernaan makanan. Untuk memperoleh garam-garam mineral seperti
kalsium, magnesium dan kalium, gajah mengunjungi tempat-tempat tertentu yang
disebut dengan salt lick terutama
pada saat atau sesudah hujan, dimana air tanah meluap menjadi keruh seperti
susu. Jika tidak hujan salt lick menjadi lebih keras untuk mendapatkan garam,
gajah yang bergading akan menusuk / menggali dinding salt lick dengan
gadingnya, atau bagi yang bergading dengan cara menggaruk-nggaruk tanah dengan
kaki dan belalainya atau dengan menumbuk/mendobraknya (Leckagul dan Mcneely
1977). Ketersediaan salt lick di daerah jelajah gajah sangat menentukan tingkat
kesejahteraan satwa.
Berat gajah
Asia berdasarkan kelas umur
Kelompok umur
|
Satuan
|
Rata-rata
|
St. Dev.
|
Minimum
|
Maximum
|
Value
|
Value
|
||||
0-1 hari
|
Kg
|
118.8
|
20.7
|
68.18
|
133.2
|
6-8 hari
|
Kg
|
136.4
|
6.8
|
130.5
|
148.0
|
0.9-1.1 bulan
|
Kg
|
156.3
|
18.8
|
118.2
|
173.9
|
5.4-6.6 bulan
|
Kg
|
311.0
|
79.2
|
160.0
|
468.0
|
0.9-1.1 tahun
|
Kg
|
339.1
|
116.4
|
236.4
|
514.4
|
1.8-2.2 tahun
|
Kg
|
843.7
|
254.4
|
424.5
|
1364
|
4.5-5.5 tahun
|
Kg
|
1242
|
280
|
763.6
|
1491
|
9.5-10.5 tahun
|
Kg
|
2214
|
203
|
1690
|
2836
|
14.5-15.5 tahun
|
Kg
|
2994
|
588
|
1734
|
4091
|
19.0-21.0 tahun
|
Kg
|
3300
|
557
|
1990
|
4814
|
.
Beberapa
hasil penelitian tentang protein dan beberapa elemen mikro
penting yang terdapat
dalam tumbuhan yang disukai oleh gajah.
Botanical name (nama Indonesia)
|
English
|
Crude protein (%)
|
Na
|
Mg
|
Fe
|
K
|
Cu
|
Zn
|
Mn
|
Biji-bijian
|
|||||||||
Oriza sativa (padi)
|
paddy
|
7.1
|
64.5
|
8.5
|
0
|
55.5
|
0
|
3.2
|
0
|
Eleusine coracana (rumput
lulangan)
|
Ragi
|
6
|
-
|
450.6
|
20.4
|
134
|
0
|
351.7
|
5.9
|
Vigna unguiculata (kacang
tunggak)
|
Horse Gram
|
20.5
|
34.8
|
45.1
|
0
|
268.8
|
0.6
|
2.7
|
0
|
Vigna radiata (kacang hijau)
|
Green Gram
|
20.6
|
24.6
|
56.3
|
0
|
322.4
|
0
|
1.7
|
0
|
Pakan hijauan
|
|||||||||
Ochlandra sp. (bambu-bambuan)
|
Nannal
|
3.3
|
24
|
50.7
|
4.7
|
316.3
|
0
|
1.6
|
3.1
|
Cyperus sp. (rumput teki-tekian)
|
Koraipul
|
3.6
|
76.5
|
76.1
|
20.5
|
396.5
|
0.4
|
2
|
10.1
|
Pannicum sp. (juwawut)
|
Hybrid Grass
|
10.1
|
62.6
|
81.1
|
7
|
416.3
|
4
|
2.7
|
0
|
Cyanodon dactylon (rumput
grinting)
|
Common Grass
|
16.5
|
11.6
|
32
|
1.8
|
240
|
1.2
|
2.8
|
0
|
Saccharum officinarum (tebu)
|
Sugarcane
|
3.6
|
23.1
|
69.8
|
15.3
|
342
|
3.4
|
2.8
|
0
|
Sorghum vulgare (sorgum/jagung
joto)
|
Jowar
|
17
|
14.8
|
99.7
|
3.9
|
367.6
|
0.5
|
2.6
|
0
|
Ficus bengalensis (beringin)
|
Banyan Tree
|
8.5
|
12.5
|
174.6
|
0.2
|
294.7
|
4.2
|
1.8
|
0
|
Ficus religiosa (ara-araan)
|
Peepul Tree
|
10.9
|
12.2
|
40.3
|
0
|
158
|
1.9
|
1.6
|
0
|
Cocos nucifera (Kelapa)
|
Coconut Tree
|
8.8
|
35.4
|
133.5
|
10.9
|
285.9
|
2
|
2.1
|
0
|
Bambusa arundinacea (pring ori)
|
Bamboo Tree
|
11.1
|
201.6
|
123.6
|
14.7
|
337.7
|
1.2
|
2.4
|
0
|
Caryota urens (Sagu)
|
Kunthal Panai Tree
|
6.5
|
-
|
1199
|
26
|
294.1
|
1.5
|
409.6
|
9.2
|
Elaeis guinensis Jack (Kelapa sawit)
|
6.5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|