Jumat, 02 Januari 2015

Perilaku Makan dan Minum Gajah Sumatra




Sukumar (2003) menjelaskan bahwa prinsipnya perilaku makan satwa  secara mendasar dapat dijelaskan oleh anatomi dan adaptasi fisiologisnya, yang merupakan produk sebuah evolusi yang sangat panjang. Di antara herbivora mamalia, struktur gigi dan saluran pencernaan menentukan secara jelas  jenis tanaman yang dimakan.  Selain itu, kebutuhan terhadap pakan dipengaruhi juga oleh ukuran tubuh, semakin besar maka diperlukan makanan yang lebih banyak. Pemenuhan pakan berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, jenis makanan yang ideal bagi gajah tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain, terdapat karakteristik yang khas sesuai dengan habitat setempat. Kebutuhan gizi gajah dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur gajah. Untuk mendapatkan gambaran tentang komposisi jenis pakan gajah Sumatera dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan pada komposisi yang dimakan di alamnya.
Dongolla et al, 2009. Pada prinsipnya gajah merupakan binatang nocturnal, yaitu aktiv pada malam hari, sehingga dengan aktivitas yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia, maka perilaku gajah menjadi berubah. Gajah captive dan gajah alam, seringkali menunjukan perilaku yang berbeda. Gajah captive, aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh manusia. Aktivitas gajah captive bervariasi, mulai dari gajah kerja, gajah tangkap dan gajah yang diangon saja.

Gajah yang hidup di alam menghabiskan waktu sangat banyak untuk mencari makan. Alokasi waktu yang diperuntukkan  gajah dewasa untuk mencari makan berkisar antara 16 - 18 jam (Altevogt dan Kurt 1975), atau sekitar (70-90%).  Jenis makanan gajah mempunyai spectrum luas meliputi: berbagai jenis tumbuhan herba, daun muda, akar dan liana, rotan muda dan pucuk rotan, kulit kayu jenis-jenis pohon pada tingkat sapling, tunas bambu dan rebungnya serta daun muda, rumput buluh dan seluruh bagian pisang liar.
Gajah juga menyukai jenis-jenis tanaman yang sudah biasa dibudidayakan dalam pertanian antara lain, tebu dengan bagian batangnya, padi, buah-buahan, daun  kelapa dan umbutnya, pisang, pepaya, semangka dan lain-lain. Dengan ukuran yang besar, volume makan yang dihabiskan sangat besar. Seekor gajah dewasa Aceh dewasa ditaksir menghabiskan lebih dari 300 kg tumbuhan segar setiap harinya (Poniran 1974).
Selain itu dalam berbagai literatur menyampaikan, bahwa secara umum gajah mengkonsumsi makanan dengan kisaran 4% dari berat badan untuk gajah pada semua kelas umur dengan pengecualian gajah betina yang sedang menyusui, dengan tingkat konsumsi makanan mencapai angka 6% dari berat badan. Dengan demikian, jantan dewasa dengan berat 6.000 kg akan mengkonsumsi 240 kg, dan wanita menyusui seberat 2.700 kg akan makan 162 kg bahan tanaman segar setiap hari. Pemberian makanan dengan prosentase berat tersebut diatas untuk bahan makanan yang masih basah.
Prosentase berat asupan akan berkurang secara signifikan apabila diberikan dalam bentuk kering. Benedict (1936) mengemukaan pemberian makanan dalam kondisi kering akan mengurangi hanya menjadi 1% dari berat badan bagi sebagian besar gajah dan meningkat prosentasenya hingga mencapai 1,5% untuk gajah betina menyusui.
Berdasarkan analisis tinja oleh FG Benedict dari gajah Asia betina bernama "Jap" yang diterbitkan pada tahun 1936, rata-rata berat tinja selama 9 hari adalah 25,8 kg berat kering per hari. Gajah mengkonsumsi antara 1,5% dan 2,0% dari berat badan mereka sebagai hijauan kering setiap hari.
Besarnya konsumsi makanan gajah disebabkan karena system pencernaannya kurang sempurna, maka gajah dewasa dengan berat 3000 – 5000 kg, pada kondisi alami membutuhkan makanan yang sangat banyak, yaitu 200 – 300 kg hijauan segar per hari untuk seekor gajah dewasa atau 5 – 10% dari berat badannya (WWF 2005; Altevvogt dan Kurt 1975; Lekagul dan Mcneely 1977).
Sumber pakan merupakan kebutuhan pokok atau komponen utama dalam suatu habitat untuk memenuhi kebutuhan hidup satwa (Ananthasubramaniam 1992). Ketersedian pakan di alam dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik habitat seperti iklim dan tanah sebagai media pertumbuhan. Ketersediaan pakan yang cukup berpengaruh pada tingkat kesejahteraan satwa, sehingga dihasilkan satwa-satwa yang mempunyai daya reproduksi tinggi dan ketahanan terhadap penyakit juga tinggi. Menurut Alikodra (1979), tumbuh-tumbuhan yang dimakan gajah dapat dikenali dengan melihat patahan pada batang, patahan cabang, rengkuhan cabang, kupasan kulit, dorongan dan tusukan gading.
Dalam hubungannya dengan reproduksi, ketersediaan pakan dengan kualitas dan kuantitas yang cukup akan mempengaruhi fertilitas dan fekunditas satwa. Gajah termasuk satwa herbivora sehingga membutuhkan ketersediaan makanan hijauan yang cukup di habitatnya (Barnes 1982). Gajah juga membutuhkan habitat  yang bervegetasi pohon untuk makanan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan mineral kalsium guna memperkuat  tulang, gigi dan gading.
Mahanani (2012) telah melakukan kajian makan gajah di hutan dataran rendah di Sumatera Selatan. Vegetasi hijauan pakan merupakan faktor utama satwa liar bertahan hidup. Pakan merupakan faktor pembatas bagi satwa yang artinya kehadiran pakan akan mempengaruhi keberadaan gajah di lokasi tersebut. Dari hasil pengamatan di lapangan, jenis makanan gajah antara lain rumput-rumputan, daun, liana, akar, rotan muda, pisang-pisangan, bambu, pakis, nibung. Kebutuhan pakan gajah sangat banyak sesuai dengan ukuran tubuhnya, namun gajah merupakan satwa yang boros terhadap makanannya.
Tidak semua makanan habis dimakannya namun terkadang dikibaskan di atas punggungnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari gigitan serangga yang bernama pitak (nama lokal) yang sering menghisap darah sampai menyebabkan darah keluar.  SM Padang Sugihan sebagian besar ditumbuhi oleh padang rumput. Berdasarkan hasil inventarisasi sebelum dilakukan penunjukkan kawasan ditemukan 25 (duapuluh lima) jenis pakan alami gajah. Pada saat penelitian ditemukan 15 (lima belas) jenis rumput. Pada masing-masing lokasi jenis yang mendominasi berbeda, hal ini dimungkinkan kondisi dan jenis tempat tumbuh yang berbeda pula.
Menurut taksiran Poniran (1974) seekor gajah Sumatera membutuhkan air minum sebanyak 20 – 50 liter/hari, tetapi menurut Lekagul dan Mcneely (1977) kebutuhan minum gajah di Thailand tidak kurang dari 200 liter per hari. Air termasuk komponen pakan, yang berfungsi dalam proses kimia dan pencernaan makanan. Air dibutuhkan untuk menyejukan tubuh karena adanya proses evaporasi di lingkungan panas. Sebagian besar satwa hidupnya sangat tergantung pada air dalam jumlah dan bentuk ketersediaan sangat bervariasi, tergantung kebutuhan satwa. Bahkan satwa liar untuk mendapatkan air di musim kering, memiliki berbagai macam cara. Satwa-satwa yang mobilitasnya tinggi akan melakukan migrasi untuk mendapatkan air dimusim kering, dan gajah dengan kebutuhan airnya banyak, akan menggali dasar sungai kering, menyediakan air untuk kebutuhan hidupnya (Bailey 1984; Sukumar 1989).
Gajah juga membutuhkan garam-garam mineral yang diperlukan dalam proses metabolisme tubuhnya dan melancarkan proses pencernaan makanan. Untuk memperoleh garam-garam mineral seperti kalsium, magnesium dan kalium, gajah mengunjungi tempat-tempat tertentu yang disebut dengan salt lick terutama pada saat atau sesudah hujan, dimana air tanah meluap menjadi keruh seperti susu. Jika tidak hujan salt lick menjadi lebih keras untuk mendapatkan garam, gajah yang bergading akan menusuk / menggali dinding salt lick dengan gadingnya, atau bagi yang bergading dengan cara menggaruk-nggaruk tanah dengan kaki dan belalainya atau dengan menumbuk/mendobraknya (Leckagul dan Mcneely 1977). Ketersediaan salt lick di daerah jelajah gajah sangat menentukan tingkat kesejahteraan satwa.

Berat gajah Asia berdasarkan kelas umur
Kelompok umur
Satuan
Rata-rata
St. Dev.
Minimum
Maximum




Value
Value
0-1 hari
Kg
118.8
20.7
68.18
133.2
6-8 hari
Kg
136.4
6.8
130.5
148.0
0.9-1.1 bulan
Kg
156.3
18.8
118.2
173.9
5.4-6.6 bulan
Kg
311.0
79.2
160.0
468.0
0.9-1.1 tahun
Kg
339.1
116.4
236.4
514.4
1.8-2.2 tahun
Kg
843.7
254.4
424.5
1364
4.5-5.5 tahun
Kg
1242
280
763.6
1491
9.5-10.5 tahun
Kg
2214
203
1690
2836
14.5-15.5 tahun
Kg
2994
588
1734
4091
19.0-21.0 tahun
Kg
3300
557
1990
4814
.
 
Beberapa hasil penelitian tentang protein dan beberapa elemen mikro penting yang terdapat dalam tumbuhan yang disukai oleh gajah.
Botanical name (nama Indonesia)
English
Crude protein (%)
Na
Mg
Fe
K
Cu
Zn
Mn
Biji-bijian









Oriza sativa (padi)
paddy
7.1
64.5
8.5
0
55.5
0
3.2
0
Eleusine coracana (rumput lulangan)
Ragi
6
-
450.6
20.4
134
0
351.7
5.9
Vigna unguiculata (kacang tunggak)
Horse Gram
20.5
34.8
45.1
0
268.8
0.6
2.7
0
Vigna radiata (kacang hijau)
Green Gram
20.6
24.6
56.3
0
322.4
0
1.7
0
Pakan hijauan









Ochlandra sp. (bambu-bambuan)
Nannal

3.3
24
50.7
4.7
316.3
0
1.6
3.1
Cyperus sp. (rumput teki-tekian)
Koraipul

3.6
76.5
76.1
20.5
396.5
0.4
2
10.1
Pannicum sp. (juwawut)
Hybrid Grass
10.1
62.6
81.1
7
416.3
4
2.7
0
Cyanodon dactylon (rumput grinting)
Common Grass
16.5
11.6
32
1.8
240
1.2
2.8
0
Saccharum officinarum (tebu)
Sugarcane
3.6
23.1
69.8
15.3
342
3.4
2.8
0
Sorghum vulgare (sorgum/jagung joto)
Jowar
17
14.8
99.7
3.9
367.6
0.5
2.6
0
Ficus bengalensis (beringin)
Banyan Tree
8.5
12.5
174.6
0.2
294.7
4.2
1.8
0
Ficus religiosa (ara-araan)
Peepul Tree
10.9
12.2
40.3
0
158
1.9
1.6
0
Cocos nucifera (Kelapa)
Coconut Tree
8.8
35.4
133.5
10.9
285.9
2
2.1
0
Bambusa arundinacea (pring ori)
Bamboo Tree
11.1
201.6
123.6
14.7
337.7
1.2
2.4
0
Caryota urens (Sagu)
Kunthal Panai Tree
6.5
-
1199
26
294.1
1.5
409.6
9.2
Elaeis guinensis Jack (Kelapa sawit)

6.5
-
-
-
-
-
-
-

EKOWISATA DI TNWK "SEBUAH HARAPAN"

EKOWISATA DI TNWK "SEBUAH HARAPAN"

Destinasi Way Kambas Yang Mendunia “sebuah harapan pengelolaan ekowisata Profesional” Pendahuluan TN Way Kamba...